Ditengah suasana libur, PSGA LP2M UIN Suska Riau, tetap bersemangat menyelenggarakan kegiatan bersama mahasiswa. Kegiatan dilaksanakan pada hari Sabtu, 11 Maret 2023 di Ruang LP2M. Kali ini, PSGA LP2M UIN Suska Riau mendampingi mahasiswa untuk memahami lebih mendalam apa itu gender.
Dalam sambutannya, Ketua PSGA UIN Suska Riau, Dr. Mustiqowati Ummul Fithriyyah, menyebutkan akan pentingnya mahasiswa untuk memahami konsep gender ini. “Sebagai agent of change, agen perubahan, anda harus memiliki pemahaman yang baik terkait isu gender ini, sehingga perempuan memiliki peran yang sama dimana saja” Ucap Dr. Mustiqo.
Bunda Tiqo, begitu panggilan sehari-hari Ketua PSGA ini, mengajak para mahasiswa untuk terlibat dalam Unit Layanan Terpadu (ULT) tentang Kekerasan Seksual di Kampus, yang dalam waktu dekat akan dibentuk.
Kegiatan yang didampingi oleh Imam Hanafi dan Sri Susilawati ini, menghadirkan Narasumber dari Sunatera Barat, Ka’bati, MA, aktivis dan penggerak feminisme. Kegiatan ini, diikuti oleh 25 Mahasiswa dari berbagai jurusan dan Fakultas, sehingga suasana keberagaman sangat mendominasi dalam proses kegiatan.
“Gender merupakan sebuah konsep yang mengacu pada peran, perilaku, identitas, dan atribut yang dikaitkan dengan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Konsep dasar gender mencakup pemahaman tentang perbedaan biologis antara laki-laki dan perempuan, serta pengaruh sosial dan budaya dalam membentuk peran dan perilaku gender” begitu kira-kira Ka’bati mengawali kegiatan ini dengan semangat.
“Laki-laki dan perempuan itu jenis kelamin yang memang tidak bisa dirubah-rubah, namun seringkali di masyarakat, laki-laki dan perempuan dikonstruksi sedemikian rupa perannya, sehingga mereka ini menjadi berbeda. Laki-laki merantau, perempuan menjaga rumah” imbuh nya.
Diskusi berlangsung interaktif, Ka’bati mencoba menghadirkan pengalaman-pengalaman yang ia alami sehingga diskusi berlangsung semangat dan inspiratif.
Salah satu peserta, mahasiswa Administrasi Negara menyebutkan “Awalnya saya mengira ada pertentangan antara isu kesetaraan gender ini dengan nilai-nilai agama. Sebab di salah satu organisasi yang saya ikuti begitu mengutamakan laki-laki untuk menjadi pemimpin daripada perempuan, bahkan perempuan tidak disarankan, dan hanya boleh mengikuti dari belakang, tersebab Islam sangat menjaga wanita. Tetapi dengan adanya studi gender Islam tadi pagi pengetahuan saya menjadi bertambah mengenai ini, ternyata bukan Islam itu yang telah mendiskriminatifkan gerak antara laki-laki dan perempuan, karna Allah tidak pernah menurunkan ayat yang bersifat diskriminatif tapi melainkan budaya di masyarakat yang harus diubah dan dibuka kesadarannya” ungkapnya.
Refleksi serupa di sampaikan juga oleh peserta lain, mahasiswi Ilmu Alquran “….ketidaksetaraan (antara laki-laki dan perempuan) selalu terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang mana faktor terbesarnya itu adalah faktor sosial budaya yg melekat pada diri kita sehingga membuat kita kesulitan untuk mengevaluasinya. oleh karena itu, kita harus memiliki pengetahuan tentang itu untuk bisa mengevaluasi nya agar kita bisa terhindar dari ketidaksetaraan tersebut. Faktor lain nya adalah kesalahan dlm menafsirkan ayat-ayat alquran yang berkaitan dengan gender. Seringkali umat Islam, dalam memahami Alquran dengan menjadikannya sebagai alat legitimasi dari ketidaksetaraan tersebut. Padahal yang salah tersebut bukan ayat Alquran nya, karena Allah menurunkan ayat Alquran untuk keselamatan bukan untuk menjadikan umatnya sengsara ……” Ungkapnya dengan berapi-api.
Kerenanya sebagian besar peserta berharap, diskusi-diskusi tentang gender ini terus digalakkan dan dihidupkan. Sehingga tidak terjadi keterputusan ide dan ini tentunya menjadi modal bagi UIN Suska Riau untuk memperkuat Perguruan Tinggi Responsif Gender (PTRG) “Satu benang merah yang dapat saya simpulkan dari diskusi terkait Islam dan Gender adalah bahwa tidak ada satupun ajaran dalak Islam yang bersifat diskriminatif terhadap siapapun, sebab sejatinya Allah tidak pernah menghendaki terjadinya ketidakadilan atas siapapun hamba-Nya” sambut ketua PSGA dengan ceria.
“Semua peserta keren-keren. Dan dari sini harus lahir menjadi forum maupun komunitas pegiat isu keadilan gender dan anak, dan dapat juga menjadi tim sahabat PSGA yang akan mengawal permasalahan kekerasan seksual di UIN Suska Riau” imbuhnya.
Harapan peserta pun demikian, “saya senang bergabung dan berproses di lingkungan ini, semoga ada kegiatan-kegiatan selanjutnya dan tidak berhenti di kegiatan tadi pagi saja” komentar peserta.
“Dan semoga jalinan ukhuwah tidak berhenti di pertengahan jalan, saya berharap saya dapat bergabung ke dalam wadah luar biasa ini dan bisa berkontribusi bersama orang hebat lainnya. Saya mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang di berikan” Ungkap Peserta lainnya. Semoga saja, ini menjadi awal bagi PSGA untuk komitmen dan istiqomah dalam mengarusutamakan gender di kampus, dan mampu mewujudkan kampus yang zero tolerant terhadap kekerasan seksual.